Ruang lingkup Ilmu Perbandingan Agama (ipa)
1. IPA tidak untuk menambah keimanan seseorang yang mempelajarinya.
Maksudnya bahwa ilmu perbandingan agama itu adalah berkedudukan sebagai penghubung untuk usaha mempelajari bukan memahami semua aspek-aspek yang diperoleh dari sejarah agama, kemudian dibandingkan suatu agama dengan agama lainnya. Untuk mencapai pengalaman-pengalaman dan konsepsi-konsepsi keagamaan dengan memilih, dan menganalisis persamaan dan perbedaan antara agama-agama itu dari segi tujuan, metode, dan konsepsi.
Jadi Ipa tidak untuk manambah keimanan seseorang, tetapi IPA adalah kajian untuk mempelajari fungsi dan ciri-ciri agama.
2. IPA tidak membicarakan tentang kebenaran suatu agama, sebab soal kebenaran suatu agama adalah soal ilmu-ilmu yang bersangkutan.
Karena tiap-tiap pemeluk agama memiliki keyakinan akan kebenaran agama-agama yang mereka yakini, dan hal tersebut adalah mutlak bagi ilmu-lmu agama yang bersangkutan, jika IPA membahas kebenaran suatu agama tanpa membandingkan dengan agama lain, hal yang didapat adalah kecondongan hati pada salah satu agama tersebut, maka dengan IPA akan membantu “menempatkan agama pada tempat yang semestinya” diantara agama-agama serta kepercayaan lain yang ada di dunia.
3. IPA tidak mengusahakan pengertian dan pemahaman suatu agama seperti agama yang dipahami oleh penganut agama itu sendiri.
Sebagaimana pengertiannya bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari dan memberi nilai-nilai keagamaan dari suatu nilai agama, kemudian dibandingkan satu agama dengan agama lain. Maka jelaslah bahwa IPA bukan memberikan pengertian dan pemahaman suatu agama agar dapat mempengarui orang lain, melainkan hanya untuk mempelajari kajian-kajian agama lain, agar menambah keluasaan pandangan kita tentang kehidupa beragama di dunia ini juga dapat memberikan pelajaran-pelajaran yang sangat berguna bagi kita.
4. IPA menganggap agama sebagai suatu penggejalaan dari suatu masyarakat manusia.
Agama bersifat kompleks karena agama mengandung berbagai aspek atau defenisi tentang kepercayaan moral dan kemasyarakatan, yang membentuk pengalaman-pengalaman batin serta perasaan-perasaan serta cerita-cerita tentang kejadian masa lalu dan ramalan-ramalan yang akan datang. Inilah mengapa IPA menganggap agama sebagai suatu penggejalaan dari suatu masyarakat, karena masyarakat itu sendiri yang telah membentuk kepercayaan tersebut, akhirnya unsur-unsur teologis, mitologis, cerita-cerita rakyat (folklore), bahasa, musik, seni, dan hampir semua aktivitas kemanusian menjadi faktor-faktor yang sangat penting untuk memahami kehidupa agama.
5. Penyelidikan IPA hanya mengumpulkan data dan mencatat kenyataan yang ada pada agama yang diselidiki.
Yakni kedudukan IPA hanya sebagai pengumpul data dan bahan-bahan dari berbagai pengalam keagamaan dengan penelitian yang hanya ada pada praktek kegiatan agama yang diselidiki. Seperti membandingkan tokoh-tokoh pembesar agama, membandingkan konsep-konsep ketuhanan, dengan obyek-obyek penyembahan, membandingkan konsep-konsep yang ada dalam kitab suci masing-masing agama, dan sebagainya.
Kamis, 06 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar